Rabu, 10 Juli 2024

MENGATASI WRITER'S BLOCK-KBMN PGRI Gel.31, Pertemuan Ke-23

 

Resume Pertemuan Ke-23 KBMN PGRI Gel. 31

Rabu, 10 Juli 2024

Topik Materi : Mengatasi Writer's Block

Narasumber  : Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr.

Moderator     : Edmu Yulfizar Abdan Syakura, Gr.M.Pd.


Tepat pukul 19.00, Pak Edmu selaku moderator membuka kelas pertemuan melalui grup WA, dengan mengucap salam dan sapa, dilanjutkan dengan berdoa bersama. 

Moderator memperkenalkan diri, Edmu Yulfizar Abdan Syakura Gr. M.Pd.  Beliau adalah alumni KBMN gelombang 28, malam ini akan membersamai sahabat Nusantara di kelas Menulis yang sangat luar biasa ini.

Semoga semangat tetap menyala untuk terus berkarya

Pembelajaran Pertemuan malam ini terdiri dari :

1. Pembukaan

2. Pemaparan Materi

3. Tanya Jawab

4. Penutup


Moderator memperkenalkan narasumber malam ini yaitu, Ibu guru hebat yang memiliki segudang prestasi, beliau adalah Ibu Ditta Widya Utami.

                                                   CV Ditta Widya Utami 

                                                   https://s.id/cvdittawidyautami

Tibalah narasumber hadir di hadapan para peserta belajar menulis malam ini, 

Assalamu'alaikum, Selamat malam, 

Salam dan bahagia Ibu, Bapak hebat

Perkenalkan saya Ditta Widya Utami, seorang guru dari Subang, Jawa Barat sekaligus alumni KBMN Angkatan 7

Senang sekali malam ini bisa kembali berbagi di KBMN ditemani moderator hebat yang inspiratif.

Mengawali pemaparan materi, narasumber memberikan pertanyaan pemantik, 

1. Pernahkah Ibu/Bapak menulis diary saat kecil/remaja?

Pernah dan rutin

Pernah sesekali

Pernah dan sampai sekarang masih menulis diary

Belum pernah sama sekali

2. Pernahkah Ibu Bapak menerbitkan buku?

Pernah buku solo

Pernah buku antologi

Belum pernah

3. Apa yang biasanya Ibu Bapak tulis (baik yang sudah dipublish di blog/buku/masih di laptop/buku catatan)?

Puisi

Pantun

Cerpen

Novel

Artikel Populer

Artikel Ilmiah

Opini

Lainnya

Ibu, Bapak, kita mungkin bisa sepakat bahwa "menulis" itu adalah kata kerja. Oleh karena itu, menulis itu ya harus dilakukan agar ia menjadi bermakna. Namun, sebagaimana pengantar dalam flyer hari ini. Terkadang, kita berada di titik yang seolah kehilangan ide. Merasa bahwa produktivitas kita dalam menulis berkurang. Melambat.

Nah, kalau sudah seperti itu jangan jangan kita terserang WB nih, alias writer's block.

Meski istilah ini sudah muncul di tahun 1940-an (dikenalkan pertama kali oleh Edmund Bergler, psikoanalis Amerika), nyatanya banyak penulis masa kini yang juga masih terserang WB.

Secara sederhana WB bisa dimaknai sebagai keadaan saat penulis kehilangan kemampuan menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk tulisannya (Wikipedia).

Parahnya, tak hanya hitungan detik, menit atau jam, WB ini bisa melekat berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bisa jadi tahunan. Kalau sudah seperti ini apa yang harus dilakukan?

Sederhana Ibu Bapak, ibarat sedang sakit. Agar bisa diobati dengan tepat, maka harus dikenali dulu penyebabnya. WB yang menyerang seseorang faktornya bisa beragam.

Hal apa yang menyebabkan Ibu Bapak tidak bisa menulis atau menurun produktivitas menulisnya?

Tidak ada ide

Terlalu banyak ide

Sibuk

Sedang tidak mood untuk nulis

Sedang banyak pikiran

Sedang lelah (secara fisik)

Sedang di titik jenuh/bosan

Merasa tulisan belum sempurna

Masih takut dikomentari orang

Belum paham dengan topik/tema yang akan ditulis

Lainnya.

Nah, Ibu, Bapak, dari jawaban Ibu, Bapak, sudah tampak bahwa yang menyebabkan WB sangat sangat beragam. 

Beda penyebab tentu beda pula cara menanganinya.

Berita bagusnya, jika Ibu, Bapak sudah mampu menemukenali masalah yang menyebabkan Ibu, Bapak kemungkinan terserang WB, maka sesungguhnya Ibu dan Bapak juga sudah memegang obatnya.

Jika saya tanya kembali, bagaimana cara Ibu dan Bapak agar bisa kembali aktif menulis jika sedang berada di kondisi seperti pertanyaan sebelumnya, saya yakin Ibu, dan Bapak, pasti punya jawaban yang beragam juga.

Bagi yang lelah fisik, misalnya, mungkin Ibu dan Bapak memilih rehat sejenak, healing terlebih dahulu, melakukan mindfullness, atau aktivitas lain yg bisa membantu Ibu Bapak lebih "segar" sehingga siap untuk kembali menulis.

Bagi Ibu, Bapak yang belum ada ide, bisa jadi Ibu Bapak memilih pergi ke perpus, membaca artikel/buku, atau melakukan hal lain yang bisa memancing ide menulis keluar.

Ibu, Bapak yang merasa tulisan belum sempurna, bisa jadi meminta teman dekat untuk mengoreksi terlebih dahulu. Meminta masukan sehingga Ibu, Bapak bisa melakukan revisi dan akhirnya menerbitkan tulisan.

Bagi yang sedang sibuk, Ibu Bapak mungkin akan mencari gold time-nya menulis dan meluangkan waktu walau sejenak untuk tetap menulis.

Nah kalau ini sudah ada contoh nyatanya ya, seperti Omjay yang sibuknya luar biasa tapi bisa menulis setiap hari.

Atau seperti Prof. Ngainun Naim (Ibu, Bapak yang ikut jumpa penulis di Bandungg kemarin mungkin masih ingat ceritanya) di mana beliau selalu menyempatkan menulis, bahkan jika sangat sibuk, setidaknya 3 paragraf tetap beliau lakukan aktivitas menulisnya.

Yang sedang tidak mood untuk nulis, bisa jadi mencari moodbooster dulu. Dan tentunya masih banyak solusi lain untuk setiap permasalahan WB kita masing-masing.

Selanjutnya Narasumber memberikan TANTANGAN #1

Lihat sekeliling Ibu dan Bapak. Carilah sebuah benda berwarna hitam, lalu buat 1 kalimat dg benda tersebut. Waktunya 2 menit dari sekarang.

Televisiku berwarna hitam.

Benda yang ada tepat di depanku berwarna hitam, bentuknya kotak, bisa menyala, tapi saat ini ketika aku melihatnya, tiba-tiba kepalaku mendadak pusing, cenut-cenut karena terbayang berapa banyaknya yang harus aku lakukan dengannya. Oh leptopku, aku pusing karenamu, tapi aku masih butuh kamu.

Earphone memiliki banyak fungsi bagiku saat ini, baik untuk bekerja maupun alat untuk mendengar musik maupun drakor kesukaan.

Sepatuku sudah tak hitam lagi. Cuma warna abu abu yang tertera di sepatuku. Sehingga aku malu sekali memakainya.

TANTANGAN #2

Buatlah 2 kalimat dengan diawali:

Saat ini ... 

Aku ingin ...

-Saat ini saya sedang memakai sepatu hitam. 

-Aku ingin membeli sepatu hitam yang baru.

-Saat ini aku ingin rebahan, aku ingin pikiran plong tak memikirkan pekerjaan

-Saat Ini kami masih disebutkan dengan PPDB. Aku ingin menikmati liburan  semester.

-aat ini aku berambisi untuk bisa sekedar menulis setiap hari.

-Kenapa aku mau bisa menulis. Karena ini pula aku ingin bercita cita menjadi Profesor.

-Saat ini aku sedang membaca berita Palestina yang tiap hari membuat derai air mata.

-Aku ingin Palestina merdeka dan dunia damai selamanya.

TANTANGAN #3

Tantangan ke-3 narasumber mengeshare gambar jepitan jemuran.

Buatlah tulisan satu paragraf berdasarkan gambar tersebut! 

Jepitan baju berfungsi untuk menjepit baju yang dijemuran. Biasanya jepitan baju di gunakan hanya untuk menahan baju agar tidak jatuh ke bawah tanah.

Melihat gambar penjepit baju yang berwarna warni, sejenak melintas pikiran bahwa penjepit itu mirip warna kue lapis. Teringat masa kecil, saya suka kue lapis yang berwarna warni seperti penjepit baju itu. Cara makannya pun unik, mau diceritakan tapi malu.

Jepit jemuran warna-warni selalu membantuku tiap pagi menjaga baju-baju agar tidak berjatuhan tertiup angin kencang. Jemuran menjadi indah warna-warni meliuk-liuk bagai menari-nari.

Cara menyimpan jepitan jemuran baju yang inspiratif. Disusun rapi sesuai dengan warna, sehingga menimbulkan gradasi warna yang cocok dan sesuai. Kreasi yang unik dan kreatif.

Jepitan pakaian, bentukmu yang imut , tetapi memiliki fungsi besar bagiku dan keluargaku. Setiap pakaian kami menjadi aman pada tempatnya,  tidak dibawa angin ke rumah tetangga.

Ada 20 jepitan jemuran pada gambar yang dishare Ibu Ditta. Warna jepitan itu beranekaragam, ada merah, kuning, biru dan hijau. Jepitan itu disusun dengan rapi saling berhadapan.

Tampak di depan mataku beberapa warna jepit jemuran pakaian. Ada warna merah, biru, kuning, dan hijau. Jepitan ini mengingatkan aku ketika masih tinggal di asrama. Alat ini aku pakai untuk menjepit pakaian agar tidak jatuh pada saat sudah kering. Itulah manfaat jepitan jemuran pakaian seperti pada gambar di depanku.

Jepitan ini fungsinya untuk menjepit pakaian basah di tali jemuran. Pakaian yang dijemur dijepit agar tidak jatuh ke tanah dan tidak kotor. Warna jepitannya menarik karena beraneka macam ada merah, kuning, dan biru.

Nah, terima kasih Ibu, Bapak hebat telah berpartisipasi melawan WB bersama

Simulasi hari ini, semoga bisa membantu Ibu, Bapak jika di kemudian hari kembali terserang WB.

Saat itu terjadi, kita bisa melihat sekeliling sejenak, fokus di satu benda, lalu menjadikannya sebuah tulisan.

Lihatlah bahkan ketika saya meminta 1 kalimat di tantangan pertama, ada di antara Ibu Bapak yang membuat kalimat lebih banyak/panjang 

Kita juga bisa sejenak bertanya pada diri, apa yang saat ini terjadi? Apa yang kita inginkan? Saat buntu tak tahu harus menulis apa, curhat saja dulu lewat tulisan. Atau kita bisa kembali menajamkan indera kita, melihat hal-hal sederhana seperti jepit jemuran yang bisa jadi ada di setiap rumah namun ternyata bisa menjadi ide tulisan. Bahkan hasil tulisannya ada yang kreatif dan membuat saya pun tersenyum.

Hal yang paling penting bagi kita sebagai penulis adalah ... niat.

Saat memutuskan ingin menjadi penulis, sungguh kita harus sudah siap untuk konsisten (meluangkan waktu untuk menulis sesuai kesanggupan masing-masing). 

Siap untuk belajar dan dikritik (karena karya kita bisa jadi buah bibir orang lain, mendapat kritikan, masukan/saran dll yang mendorong kita untuk terus belajar dan belajar lagi ilmu kepenulisan dll).

Menjadi penulis juga harus siap ditolak. Ditolak penerbit, ditolak panitia lomba/seleksi, ditolak redaksi, dll.

Dan tentu saja, menjadi penulis harus siap untuk menjadi unik, karena tak kan ada Ahmad Tohari kedua. Tak kan ada Andrea Hirata kedua. Tak kan ada Omjay kedua. Masing-masing memiliki keunikan. Kita pun pasti punya.


Demikian akhir pemaparan materi oleh narasumber.

Selanjutnya sesi tanya jawab:

P1.

Nama : Ari Rahmawati

Asal : Kebumen

T : tidak akan bertanya,, hanya mau menyampaikan, bahwa saya sering WB, melalui kegiatan belajar          menulis kali ini mata, hati dan batin saya terbuka karena penjelasan serta chalence dari bu Dita                yang sangat luar biasa. 

J : Waah Bu Ariii, Guru inspiratif dari Kebumen. Waktu di Bandung sempat ketemu dan ngobrol                 bareng  Terima kasih Bu Ari. Alhamdulillah jika bermanfaat 

P2.

Nama : Antoro 

Asal : Jakarta Timur 

T : Bertanya untuk mbak Ditta, narsum yg cuantik dan unik karya-karyanya, pertanyaan saya, yang              saya alami jika sudah menulis rasanya lupa waktu, untuk berhenti rasa sayang dan tanggung karena        sedang enak-enaknya lancar menuangkan ide, jadi bablas terus saya menulis hingga selesai sampai        tuntas dulu baru berhenti. Apakah tindakan saya seperti itu benar atau ada tips lain agar saat jeda            menulis bisa dilanjutkan di lain waktu dengan ide yang seperti awal, artinya tdk cari-cari ide lagi.

J : Jika untuk tulisan pendek seperti puisi, cerpen, artikel, mungkin tak apa jika diteruskan dulu.                   Namun, untuk beberapa jenis tulisan yang panjang seperti novel, atau butuh data penting seperti             artikel ilmiah, buku dan semacamnya, kita perlu ingat juga bahwa tubuh kita bukan mesin.

     Di luar sana ada orang yang meninggal saat main game karena lupa makan minum. Jangan sampai         penulis juga begitu.

     Bisa jadi beberapa narsum sebelumnya ada yang sudah menyampaikan,  untuk kasus seperti Pak             Antoro, kerangka tulisan bisa menjadi salah satu alternatif.

    Ibarat sangkar, kerangka tulisan akan menjaga ide-ide kita. Sehingga meski dijeda, selama kita                sudah tuangkan garis besarnya, insya Allah tdk akan kesulitan saat memulainya lagi.

   Saya pernah ikut pelatihan berbayar dari penulis Dee Lestari, sekelas beliau pun saat akan membuat       tulisan, akan membuat kerangka tulisan terlebih dahulu yang (pada video yang saya simak) besarnya     sebesar papan tulis di sekolah. 

   Artinya, Dee menuangkan idenya dengan sangat detail dalam kerangka tulisan tersebut.

   Hasilnya? Ibu, Bapak bisa baca sendiri karya beliau yang bahkan ada juga yang sudah difilmkan 

P3. 

Nama : Saya Asep 

Asal : Banyuasin Sumsel 

T : WB itu virus tapi ada obatnya, obatnya ya ini dipaksa sama Neng Dita dari Subang. Tadinya saya            tiduran kecapekan jadi bangun karena harus ngetik menulis tantangan. Inilah obat manjur virus             WB. Pertanyaannya. Bagaimana trik praktis mengalahkan WB ?

J : Trik praktis? Kenali penyebab WB yang menyerang kita. Maka kita akan tahu solusinya. Sebagai           tindakan preventif, kita bisa meminta orang terdekat untuk membantu saat kita terserang WB.                 Misal, ingatkan keluarga untuk mengajak liburan kalau Pak Asep sedang jenuh menulis.


Sesi tanya jawab telah berakhir, narasumber mengakhiri pula pertemuan dengan kata dan pesan untuk para peserta. Ibu, Bapak, terima kasih karena telah berpartisipasi dalam kelas malam ini. 

Saya tetap senang berapa pun yg hadir saat ini, karena saya yakin, pada akhirnya Ibu, Bapak, akan mampu menyampaikannya pada yang lain.

Terima kasih juga atas TSO dan khususnya Pak Edmu yang telah memberi kesempatan pada saya untuk berbagi. 

Terakhir, izinkan saya mengutip kalimat A.S. Laksana (Kompas), bahwa: 

"Menulis yang buruk (dan selesai), lebih baik daripada tulisan yang tidak selesai".


Demikian akhir pertemuan ke-23 kelas belajar menulis malam ini, moderator menutup kelas dengan salam dan ucapan terima kasih atas perhatian para peserta.



Jakarta, 10 Juli 2024

ANTORO, S.Pd._Peserta KBMN PGRI Gel. 31

5 komentar:

TEKNIK PROMOSI BUKU, KBMN PGRI Gel. 31-Pertemuan Ke-30

  Resume Pertemuan Ke-30 KBMN PGRI Gel. 31 Rabu, 7 Agustus 2024 Topik Materi : TEKNIK PROMOSI BUKU Narasumber   : Akbar Zainuddin, M.M., MNE...